Buku ini membuat gw ngerasa seolah duduk di samping Gie, mendengarnya bercerita tentang dunia yang sering tak adil, cinta yang tak terucap, dan kesendirian yang menyayat.
Surat-suratnya bukan sekadar dokumen sejarah atau pemikiran politik—tapi juga potongan jiwa seorang manusia yang hidup dengan jujur. Gie bukan hanya seorang aktivis atau intelektual, ia juga pemuda yang rindu, takut, bahkan kadang ingin menyerah.
Membaca ini adalah pengalaman yang personal. Menyentuh, meresap, dan meninggalkan bekas.
Cocok untuk kalian yang sedang mencari bacaan reflektif, penuh renungan, dan ingin melihat sisi lain dari seorang tokoh besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar