''Tentang keajaiban, luka, dan cinta yang tumbuh perlahan.''
Kadang kita nggak nyangka, pertemuan yang kelihatannya kebetulan justru jadi titik balik dalam hidup. Begitulah kisah Zayneb dan Adam buatku. Dua remaja yang datang dari latar berbeda, tapi sama-sama menyimpan sesuatu: amarah yang meledak-ledak, dan kesedihan yang dipendam dalam-dalam.
Zayneb—cewek berhijab yang nggak takut ngomongin ketidakadilan. Ia penuh semangat, tapi juga letih karena terus harus melawan prasangka dan diskriminasi. Lalu ada Adam—cowok pendiam, manis, dan penuh luka diam-diam, baru tahu kalau dia punya penyakit multiple sclerosis, hal yang juga merenggut ibunya.
Buku ini bukan cuma tentang cinta (meskipun, ya, cintanya manis banget), tapi tentang menemukan seseorang yang bisa nerima kamu apa adanya. Tentang keberanian, tentang sakit yang nggak kelihatan, tentang agama dan identitas, dan tentang keluarga yang rapuh tapi tetap jadi rumah.
Aku suka banget format jurnalnya. Mereka berdua nulis “keajaiban dan keanehan” dari hari-hari mereka, dan lewat catatan itu kita bisa ngerti cara mereka melihat dunia—dan cara mereka mulai melihat satu sama lain.
Yang bikin buku ini beda adalah:
Cara S.K. Ali menggambarkan Muslim bukan dengan stereotype, tapi sebagai manusia yang kompleks dan kuat.
Adam dan penyakitnya ditulis dengan lembut, bukan untuk dikasihani, tapi untuk dipahami.
Dan cinta mereka—nggak instan, nggak drama, tapi tumbuh pelan-pelan di tengah luka dan keheningan.
---
Love from A to Z bukan cuma novel remaja biasa. Ini cerita tentang dua orang yang mencoba berdamai dengan diri sendiri dan dunia, lalu saling menemukan di tengah semua kekacauan itu. Bikin aku mikir, kadang cinta datang bukan untuk menyelamatkan kita, tapi untuk menemani kita melewati badai.
https://app.thestorygraph.com/reviews/7316220f-7e38-40ab-9b3a-a8e1ffcaeb66