Jumat, 25 April 2025

Mengenal Tuhan Lebih Dalam: Bukan Cuma Soal Hafalan, Tapi Soal Rasa



Jujur aja, dulu aku pikir mengenal Allah itu ya sebatas tahu 99 nama-Nya, bisa ngaji lancar, dan rajin salat lima waktu. Pokoknya yang penting “checklist” ibadah jalan, beres deh. Tapi ternyata… makin ke sini, makin sadar, kalau mengenal Allah tuh jauh lebih dari sekadar rutinitas atau formalitas.


Ada masa di hidupku yang bikin aku benar-benar bertanya, “Ya Allah, Engkau ada, kan?”—masa di mana doa nggak kunjung dijawab, masalah datang bertubi-tubi, dan hati rasanya kayak kosong banget meski aktivitas jalan terus. Nah, justru di situ aku mulai benar-benar mengenal Allah. Bukan dari teori, tapi dari rasa.


Allah itu bukan cuma Tuhan yang ‘di atas sana’, tapi Dia yang paling dekat. Bahkan lebih dekat dari urat leher, kata Al-Qur’an (QS. Qaf: 16). Tapi kadang, kita sendiri yang menjauh. Kita yang sibuk cari pelarian ke mana-mana, padahal jawaban ada di sajadah yang lama kita tinggalin.


Mengenal Allah lewat Islam itu indah banget. Ada momen-momen kecil yang bikin aku makin yakin: kayak tenangnya hati setelah istighfar, damainya malam setelah tahajud meskipun cuma dua rakaat, atau rasa plong setelah ngeluh habis-habisan ke Allah lewat doa. Aku mulai paham, ternyata Allah bukan Tuhan yang harus selalu aku “takuti” doang, tapi juga Tuhan yang bisa jadi tempat paling aman buat pulang.


Dan Allah tuh sabar banget. Kita bolak-balik khilaf, tapi Dia tetap buka pintu taubat. Dia ngerti kalau kita manusia biasa, yang kadang lelah, kadang hilang arah, kadang males banget buat sekadar salat tepat waktu. Tapi Allah nggak ninggalin. Bahkan saat kita lupa, Dia tetap ngasih napas. Tetap ngasih kesempatan.


Mengenal Allah lebih dalam, buatku, adalah perjalanan. Bukan berarti harus jadi sempurna. Tapi jadi lebih sadar. Sadar bahwa hidup ini bukan cuma buat nyari dunia, tapi juga buat balik ke Dia—dengan versi terbaik diri kita. Bahkan kalau ‘versi terbaik’ itu masih sering berantakan.


Jadi sekarang, aku nggak ngejar Allah karena takut neraka doang. Tapi karena rindu. Karena aku tahu, cuma sama Allah aku bisa ngerasa utuh, meski dunia ini seringkali bikin patah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar