Sabtu, 10 Mei 2025

Manusia dan Kegemarannya Membuat Hidup Sendiri Jadi Rumit

 


Manusia adalah makhluk yang unik. Katanya paling pintar di antara semua ciptaan, tapi entah kenapa, seringkali justru terlihat paling bingung menjalani hidup. Sering menyebut diri rasional, namun tak jarang mengambil keputusan hanya karena emosi sesaat—demi harga diri, demi gengsi, demi validasi dari orang yang bahkan tidak terlalu peduli.

Manusia juga gemar mempersulit diri sendiri. Padahal bisa sederhana, tapi selalu ingin yang rumit. Bisa bahagia dengan cukup, tapi justru mengejar lebih, lalu kecewa karena tak pernah merasa cukup. Dan ketika rasa cukup itu akhirnya datang, manusia justru takut kehilangan, lalu kembali merasa kurang.

Satu hal yang cukup konsisten dari sifat manusia: suka merasa paling tahu. Tentang hidup orang lain, tentang siapa yang salah dan siapa yang benar. Padahal, mengenali diri sendiri saja masih setengah-setengah. Tapi tak apa—karena mengomentari orang lain memang jauh lebih mudah ketimbang bercermin.

Manusia juga pandai sekali membela diri. Kalau sukses, semua karena kerja kerasnya. Tapi kalau gagal? Pasti karena orang lain, sistem, atau “takdir yang kurang berpihak.” Seolah-olah hidup ini hanya akan masuk akal jika hasil akhirnya sesuai keinginannya.

Akhirnya, semua ini membuat satu kesimpulan sederhana: manusia memang begitu. Penuh kontradiksi. Menginginkan kedamaian tapi memelihara konflik. Mencari cinta tapi takut membuka hati. Ingin dimengerti tapi malas memahami. Dan dalam semua kekacauan itu, manusia tetap merasa hebat—karena katanya “ini bagian dari proses bertumbuh.”

Ironis, ya. Tapi begitulah manusia.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar